Proses Belajar Clasiccal Conditioning, Instrumental, dan Vicarious Dalam Perilaku Konsumen


                                                                                    Advertising

Salah satu tujuan pemasaran ialah bagaimana dapat meningkatkan brand awareness.  Salah satu upaya untuk meningkatkan brand awareness ialah dengan memberikan banyak stimulus kepada konsumen agar produk yang dijual itu disadari oleh konsumen. Selain itu, pemasar harus mempelajari proses belajar konsumen. Strategi pemasaran harus diarahkan agar konsumen dapat belajar dari apa yang disampaikan oleh pemasar dan strategi pemasaran harus dijujukan untuk meningkatkan pengetahuan dan pengalaman konsumen. Hal ini dikarenakan konsumen memperoleh pengalaman dan pengetahuan melalui proses belajar yang akan digunakan untuk mengambil keputusan terhadap suatu  produk. Proses belajar terjadi ketika seorang konsumen memiliki perubahan prilaku akibat pengalaman yang didapatkan dari kegiatan pembelian/konsumsi dimasa lalu yang mampu menambah pengetahuan konsumen. Pengalaman dan pengetahuan konsumen tersebutlah yang akan mempengaruhi sikap dan prilaku konsumen di masa depan. Proses belajar ini terjadi secara terus menerus dan berulang-ulang. Terdapat 2 jenis proses belajar, pertama proses belajar kognitif dan kedua proses belajar prilaku. Perubahan prilaku pada proses belajar prilaku terjadi akibat pengalaman/kesan konsumen terhadap suatu produk yang mendorong kosumen melakukan suatu perbuatan. Proses belajar prilaku menekankan bagaimana seorang konsumen bereaksi terhadap lingkungan atau stimulus yang ada di luar dan biasanya berakhir dengan tindakan/prilaku. Terdapat tiga macam proses belajar prilaku, sebagai berikut:

A.    Classical Conditioning

Teori proses belajar classical conditioning. Teori belajar yang melibatkan proses asosiasi Teori ini mengatakan bahwa makhluk hidup, manusia maupun binatang adalah makhluk pasif yang bisa diajarkan prikalu tertentu melalui pengulangan.  Classical conditioning ini terjadi jika stimulus yang menyebabkan suatu respon yang dipasangkan dengan stimulus lain yang tidak bisa menghasilkan suatu respon. Pada konsep classical conditioining, untuk menghasilkan sebuah respons yang terkondisikan, maka stimulus yang terkondisikan (SK) harus dipasangkan dengan stimulus yang tidak terkondisikan (ST). classical conditioning muncul di dalam dunia marketing untuk menjelaskan proses iklan. Teori classical conditioning dapat mengubah preferensi konsumen  terhadap iklan TV.

B.     Instrumental (Operant Conditioning)

Proses belajar instrumental adalah pengalaman pembeli terhadap suatu produk berdasarkan reward yang dirasakan oleh konsumen. Dalam proses belajar instrumental, stimulus yang menghasilkan tanggapan yang paling memuaskan adalah stimulus yang dipelajari. Para pakar teori pembelajaran instrumental percaya bahwa pembelajaran terjadi melalui proses mencoba (trial and error), dimana kebiasaan di bentuk sebagai hasil ganjaran yang diterima untuk tanggapan dan perilaku tertentu. Proses belajar instrumental terjadi apabila suatu produk memberikan reward sesuai dengan yang diharapkan konsumen. Perasaan puas itulah yang disebut dengan proses belajar instrumental sehingga konsumen membeli ulang produk. Kepuasan dan ketidakpuasan sering kali mempengaruhi keputusan konsumen dalam pembelian ulang suatu produk. Kepuasan atau ketidakpuasan dari pengalaman pembelian produkdianggap sebagai imbalan bagi konsumen(rewards). Ketika konsumen membeli suatu produk berdasarkan rewads maka konsumen telah belajar instrumental (operant conditiioning). Makna instrumental/ operant conditioning proses belajar yang terjadi pada konsumen akibat menerima imbalan positif atau negatif karena mengkonsumsi produk. Imbalan yang diperoleh konsumen akan mempengaruhi keputusan konsumen berikutnya

C.     Vicarious Learning (Observation)

Proses belajar vicarious memfokuskan bagaimana konsumen memiliki kecenderungan untuk meniru prilaku dengan mengamati prilaku dan tindakan orang lain juga konsekuensi dari prilaku tersebut. Proses belajar vicarious mencoba memahami bahwa konsumen seringkali mengamati, meniru prilaku, sikap, dan tindakan orang lain yang dianggapnya sebagai modeling. Tohoh/model,publik figur ini dalam strategi pemasaran digunakan karena berfungsi untuk membangun/mengembangkan respon baru, menfasilitasi respon, dan mencegah respon yang tidak dikehendaki untuk pencitraan produk.

Persamaan

Persamaan proses belajar clasiccal conditioning, instrumental, dan vicarious sama sama konsep yang dikembangkan berdasarkan proses belajar prilaku. Ketiga proses belajar tersebut sama sama berusaha memberikan pengalaman/kesan kepada konsumen terhadap suatu poduk sehingga mendorong kosumen melakukan suatu perbuatan. Ketiga proses belajar tersebut mengembangkan stimulus eksternal yang diberikan kepda konsumen sehingga diharapkan akan mempengaruhi reaksi, prilaku dan tindakan konsumen. Pada ketiga proses belajar, konsumen sama sama diarahkan untuk mempelajari suatu produk dan mencoba mempengaruhi keputusan beli konsumen.  

Perbedaaan

-          Proses belajar clasiccal conditioning menekankan pada prinsip pengulangan hingga konsumen bisa diajarkan prikalu tertentu. Pengulangan ini dilakukan secara terus menerus sampai conditioned stimulus menghasilkan unconditioned responses (mengaitkan atau mengasosiasikan stimuli. suatu respon yang dipasangkan dengan stimulus lain yang tidak bisa menghasilkan suatu respon), yang aritnya konsumen melakukan proses belajar langsung dari apa yang  perusahaan ingin konsumen pelajari. Sedangkan proses belajar instrumental menekankan pada reward/kesesuaian antara ekspektasi dengan realita konsumen terhadap suatu produk yang dapat menciptakan kepuasan dan kenyamanan bagi konsumen sehingga menjadi faktor pendorong dalam pembelian ulang, artinya konsumen melakukan proses pembelajaran sendiri dengan pengalaman yang didapat setelah mengonsumi/menggunakan suatu produk. Sedangkan proses belajar vicarious menekankan pada kecenderungan konsumen untuk meniru prilaku/sikap/tindakan seorang tokoh yang dianggapnya sebagai modeling guna mengembangkan respon dan mencegah respon tak dikehendaki, artinya konsumen melakukan proses pembelajaran melalui orang lain.

-          Berbeda dengan proses belajar classical conditioning yang membuat asosiasi antara dua benda yang selalu dipasangkan bersama-sama, proses belajar instrumental conditioning merupakan proses belajar yang terjadi karena adanya reward yang diterima konsumen. Pada calssical conditioning, respon yang dihasilkan bersifat paksaan dan respons yang sederhana, perilaku yang sederhana, dan tidak melalui proses trial dan error. Sedangkan pada instrumental conditioning, dihasilkan respons yang terkontrol, mampu memahami perilaku yang sulit, dan melalui proses trial dan error.

Contoh aplikasi proses belajar classical conditioining dalam strategi pemasaran:

saya ingin menjual produk minuman jeruk nipis botol “Uenak”. Minuman jeruk nipis dengan kemasan botol cap “Uenak” ini tidak memberikan respons apa-apa kepada konsumen, suatu minuman biasa yang mungkin tidak dikenal. Minuman ini bertindak sebagai stimulus netral. Hingga saya membuat iklan dengan menempatkan minuman botol jeruk nipis ini bersama dengan seorang perempuan yang sedang minum di tepi pantai beserta ombak dan pemandangan yang indah sebagai Unconditioned Stimulus (UCS). Dalam tahap ini minuman botol telah menjadi conditioned stimulus. Setelah minuman “Uenak” (CS) dipasangkan dengan UCS maka terjadi proses pembelajaran. Maka setelah pengkondisian, konsumen akan mengasosiasikan minuman jeruk nipis menghasilkan suatu respons fresh dan menyenangkan (conditioned response/ CR). Conditioned response (CR) adalah respons yang dipelajari pada stimulus netral yang telah berkondisi. Dari paparan di atas, penerapan classical conditioning memberikan manfaat yang mungkin dapat pula digunakan untuk promosi dan marketing suatu produk, jasa dan merek tertentu. 

Contoh aplikasi proses belajar instrumental dalam strategi pemasaran

Vanish adalah produk yang terkemuka dalam perawatan bahan pakaian di lebih dari 30 negara di dunia, dan terkenal efektif untuk menghilangkan noda yang sulit dibersihkan dengan hanya menggunakan deterjen. Vanish (vA-Nish) efektif menghilangkan noda seperti saus, lumpur, lipstick dan keringat, yang sulit untuk dihapus dengan hanya menggunakan deterjen. Vanish ampuh menghilangkan noda pada pakaian berwarna, putih dan pakaian halus tanpa merusak serat kain. Keunggulan produk dapat menghilangkan noda pakaian tanpa merusak serat kain menjadi penguatan positif (Positive Reinforcement). Jadi  para konsumen yang ingin pakaiannya bersih dari noda dan tanpa merusak kain baiknya memakai produk ini. Dengan penguatan positif ini, konsumen merasa puas dan nyaman sehingga meningkatkan kecenderungan konsumen untuk membeli ulang produk Vanish.

 

Referensi:

Buku Materi Pokok Prilaku Konsumen EKMA4567 Modul 4

https://buletin.k-pin.org/index.php/arsip-artikel/62-peran-classical-conditioning-dalam-iklan

http://gaya-informatika.blogspot.com/2014/04/contoh-classicalintrumentalobservationa.html

Komentar

Postingan Populer