Mekanisme Negosiasi dan Penyelesaian Konflik Berhubungan Dengan Keefektifan Organisasi

 



Setiap hubungan interaksi yang terjadi dalam perusahaan mempunyai potensi untuk dapat menimbulkan konflik atau perselisihan yang dapat berpengaruh pada produktivitas kerja karyawan dan produktivitas atau kinerja perusahaan secara keseluruhan. Pada umumnya perselisihan di tempat kerja tersebut terjadi antara pengusaha atau gabungan pengusaha, karyawan secara perorangan, dan serikat pekerja (pengusaha dengan karyawan), pengusaha dengan pemerintah. Disinilah hubungan industrial memiliki peran yang sangat krusial untuk menciptakan suatu sistem pengaturan pekerjaan antarberbagai pihak tersebut agar terjalin hubungan yang harmonis dengan menggunakan berbagai metode dan pendekatan. Interaksi pada pelaku hubungan industrial ini melahirkan berbagai aturan di lingkungan perusahaan dalam bentuk kesepakatan bersama yang berdasarkan pada aspriasi dari semua pihak yang terkait. Salah satu fungsi penting dalam sistem hubungan industrial adalah menyusun prosedur dan proses untuk menghilangkan permasalahan antara karyawan dan manajemen.

Menurut Katz et al. (1985), terdapat dua kunci sistem hubungan industrial, yaitu manajemen konflik dan sikap dan perilaku individual. Aspek terpenting dalam kedua dimensi tersebut adalah kesepakatan bersama yang meliputi negosiasi dan administrasi kontrak serta hubungannya terhadap sikap dan perilaku individual karyawan. Kurang efektifnya kinerja sistem hubungan industrial dalam kedua dimensi tersebut menyebabkan keefektifan organisasional juga berkurang. Efektivitas organisasi sendiri merupakan kemampuan organisasi untuk merealisasikan berbagai tujuan dan kemampuannya beradaptasi dengan lingkungan dan mampu bertahan untuk hidup. Semakin rendah kefektifan kinerja sistem hubungan industrial pada kedua dimensi (manajemen konflik serta sikap dan perilaku individu), maka semakin rendah pula kefektifan organisasi tersebut karena  konflik yang tinggi menyebabkan kepercayaan rendah dan mempengaruhi partisipasi dan keterlibatan karyawan. Kesepekatan bersama seperti negosiasi dan administrasi kontrak juga berhubungan dengan perilaku individu.

Menurut saya, dengan adanya penyelesaian konflik bisa membuat organisasi lebih efektif karena mengelola konflik merupakan salah satu kunci utama dalam meraih performance yang optimal. Jika dikelola serta dielesaikan dengan baik oleh hubungan industrial, konflik dapat berdampak positif dan konstruktif bagi efektivitas organisasi. Mekanisme negosiasi dalam sistem hubungan industrial paling sering digunakan karena mengajarkan pihak yang terlibat untuk mempraktikan nilai-nilai demokrasi, musyawarah untuk mufakat dan dapat menghargai perbedaan pendapat guna mencapai solusi dan kesepakatan bersama. Dengan mekanisme negosiasi, penyelesaian konflik menjadi lebih kooperatif, partisipatif, dan terhindar dari ketimpangan hak dan kewajiban sehingga pihak yang berkonflik merasa hak dan kebutuhannya terpenuhi dan pada akhirnya mempengaruhi prilaku individual, kinerja serta produktifitasnya tetap terjaga.  Keefektifan negosiasi formal dan mekanisme penyelesaian konflik berhubungan dengan keefektifan organisasional karena:

1. Pengelolaan prosedur formal memerlukan waktu, sumber daya manusia, dan sumber daya lain, sehingga banyaknya keluhan dan tindakan kedisiplinan akan mempengaruhi biaya pengelolaan organisasi.

2. Banyaknya keluhan dan tindakan kedisiplinan dapat menunjukkan keberhasilan atau kegagalan berbagai pihak untuk berkomunikasi secara efektif atau menyelesaikan perbedaan selama tahap awal prosedur formal. Banyaknya keluhan atau tindakan kedisiplinan menandakan permasalahan dalam sistem organisasi untuk menyelesaikan konflik dan penyelesaian masalah. Konsekuensinya, banyaknya keluhan dan tindakan kedisiplinan harus secara sistematik berhubungan dengan ukuran kinerja sistem hubungan industrial.

3. Karena keluhan formal dan proses kesepakatan memfokuskan pada isu isu distributif, proses tersebut memerlukan beberapa derajat politik dan taktik. Konflik yang tinggi dapat menyebabkan kesepakatan distributif menghancurkan kesepakatan integratif atau kooperasi.

Referensi:

Buku Materi Pokok Hubungan Industrial EKMA4367, Universitas Terbuka

Komentar

Postingan Populer