Risiko Dalam Rantai Pasokan
Risiko
adalah suatu bahaya potensial yang ditimbulkan dari suatu kejadian yang tidak
terlihat sebelumnya. Dalam konteks perusahaan, risiko adalah konsekuensi yang
ditanggung oleh perusahaan dalam mengatur dan mencapai tujuan serta visi misi
perusahaan ditengah ketidakpastian kondisi lingkungan bisnis. Meskipun
perusahaan telah melakukan proses peramalan dan analisis, namun ketidakpastian
yang memicu timbulnya berbagai risiko akan selalu ada. Manajemen rantai pasokan
bertanggung jawab dalam keseluruhan pergerakan material dimulai dari hulu
hingga hilir. Aktivitas manajemen rantai pasokan juga tidak lepas dari risiko
yang akan terjadi. Risiko pada rantai pasokan dapat terjadi tiba-tiba dan tidak
terprediksi sehingga dapat mengganggu aliran material. Dampak dari risiko
tersebut adalah terganggunya aktivitas pengiriman, kerusakan barang, hingga
dapat mempengaruhi kelancaran sistem operasional. Risiko dalam rantai pasokan
dibagi menjadi dua tipe, berikut saya jelaskan:
A. Risiko
Internal
Risiko
ini pada umumnya muncul dalam operasi supply chain ,bersumber dari lingkungan internal
rantai pasokan sehingga berdampak pada
kegiatan operasional seperti terlambatnya pengiriman , kekurangan stock
persediaan barang, risiko finansial, lemahnya peramalan, human error, kesalahan
dalam sisitem teknologi. Risiko ini masih dapat dikontrol oleh manajer.
Contoh:
Perusahaan sirup mengalami kekurangan stock persediaan bahan baku saat memasuki
periode Ramadhan dimana permintaan sedang tinggi. Sehingga perusahaan mengalami
kemunduran jadwal produksi dan harus melakukan pemesaran ke pemasok terlebih
dahulu. Hal ini tentu mengakibatkan efek domino yaitu terjadi keterlambatan
pengiriman produk jadi ke pihak retailer.
B. Risiko
Eksternal
Risiko
ini datang dari lingkungan luar rantai pasokan dan berada diluar kontrol pihak
manajemen, seperti kejadian bencana alam, aksi terorisme, kriminalitas, kecelakaan,
ketidkastabilan politik, perubahan pasar dan teknologi, risiko sosial, ekonomi,
dan regulasi, serta permasalahan dengan mitra dagang. Dalam menyikapi risiko
eksternal ini, manajer tidak dapat mengubah risiko, melainkan hanya dapat
mendesain suatu kondisi yang dapat memnimalkan dampak yang timbul dari risiko
tersebut.
Contoh:
Tindakan pencurian yang kerap terjadi di toko perhiasan menyebabkan barang
dagang perhiasan emas dan uang kas raib begitu saja sehingga perusahaan
mengalami kerugian yang cukup besar. Risiko pencurian ini akan selalu ada.
Namun, manajer dapat mendesain layaout toko perhiasan dengan sistem keamanan
ganda seperti pagar besi, dan satpam.
Kedua
risiko tersebut dapat mengganggu dan menghambat bahan baku, informasi, dan arus
kas, yang pada akhirnya bisa merusak penjualan dan peningkatan biaya. Supply
Chain Risk Management(SCRM) menjadi tools yang efektif untuk menghadapi
ketidakpastian pada aktivitas rantai pasokan sehingga mencegah terganggunya
aliran material dan kegiatan operasional.
Memperkuat
Rantai Pasokan
Strategi
ini menghendaki perusahaan untuk bekerja sama dengan supplier untuk mengurangi
frekuensi atau dampak dari permasalahan terkait pasokan produk.
Contoh:
Tidak seperti kompetitornya, Xilinx tidak menerapkan multiple supplier strategy
tetapi hanya bekerja sama dengan partner utama mereka yaitu UMC untuk
meminimalkan masalah dalam rantai pasokan yang dapat terjadi.
Gangguan
dalam rantai pasokan dapat dan memiliki dampak finansial dan strategis yang
besar. Namun, apabila strategi operasional dirancang dan diimplementasikan
secara efektif maka hal tersebut dapat memitigasi risiko finansial dan
strategis yang diakibatkan oleh gangguan dalam rantai pasokan.
Referensi:
https://supplychainindonesia.com/supply-chain-risk-bagian-1-dari-3-tulisan/
Guritno, AD, Harsasi, M. Materi Pokok Manajemen Rantai Pasokan;1-9;EKMA4371/3
sks/Cet.2;Ed.2. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2020. 407
hal;ISBN:978-602-392-592-6
Komentar