Hakikat, Sifat, Fungsi Bahasa dan Bunyi Tiruan ( Onomatope )
Hakikat, Sifat, dan Fungsi Bahasa
Akal manusia dapat digunakan dengan bantuan bahasa,
tanpa bahasa manusia tidak dapat berpikir. Manusia berpikir dengan menggunakan
bahasa. Bahasa memiliki peran yang penting bagi manusia. Bunyi bahasa adalah
kata atau kalimat yang diujarkan oleh seorang pembicara adalah susunan
bunyi-bunyi yang teratur. Bahasa adalah kumpulan bunyi-bunyi yang bermakna yang
diujarkan dengan tujuan mengungkapkan pikiran.
Hakikat bahasa:
a. Bahasa adalah bunyi
ajar atau lisan. Hal ini dibuktikan oleh fakta
sejarah bahwa masyarakat sejak dahulu dapat melakukan komunikasi dengan
menggunakan bahasa yang telah disepakati
secara lisan. Bahasa tulis baru datang kemudian setelah muncul para ahli
linguis yang menciptakan lambang-lambang yang didasari atas kesepakatan
bersama. Dalam aktivitas belajar mengajar dan komunikasi lisan, bahasa memiliki
peran yang penting.
b.
Bahasa
memiliki sistem. Bunyi bahasa yang diujarkan
disusun berdasarkan ketentuan-ketentuan yang dibuat oleh kelompok masyarakat
pengguna bahasa tersebut. Sistem bahasa suatu masyarakat ditentukan oleh
pengguna masyarakat itu sendiri.
c.
Bahasa
memilki makna. Bunyi-bunyi yang disusun secara
teratur berdasarkan kesepakatan tersebut diberi makna sehingga dapat dipahami
oleh pengguna. Bunyi – bunyi yang disusun tidak berdasarkan sistem tidak akan
bermakna. Jika tidak bermakna, itu bukan bahasa dan makna akan muncul karena
penggunaan sistem secara teratur.
d.
Bahasa
memiliki fungsi. Bahasa digunakan oleh pemakainya
untuk kepentingan dirinya. Jika bahasa merupakan sesuatu yang digunakan, ini
menandakan bahasa adalah alat, yaitu alat komunikasi.
a. Keindahan.
Bahasa pada hakikatnya adalah bunyi. Bunyi memiliki kandungan irama, dinamik,
tempo yang merupakan unsur seni yang identik dengan keindahan.
b. Manusiawi.
Bahasa dapat berkembang karena digunakan oleh manusia. Hanya manusia yang dapat
menggunakan dan mengembangkan bahasa.
c.
Produktif.
Bahasa dapat diubah - ubah sususnan bunyi – bunyinya menjadi bunyi bahasa yang
berbeda – beda. Perbedaan bunyi – bunyi tersebut membuat bahasa menjadi
produktif.
d.
Dinamis.
Bahasa khususnya kata dapat berubah makna karena keinginan penggunanya.
e. Variatif.
Perbedaan karakter manusia menyebabkan orang menggunakan bahasa secara berbeda
pula. Perbedaan ini mengakibatkan munculnya ragam/variasi bahasa.
f. Konvensional.
Bahasa memiliki sistem. Sistem yang terdapat di dalam bahasa ditentukan dan
disepakati oleh para pengguna bahasa yaitu manusia.
g. Arbitrer. Bahasa digunakan untuk memberi nama atau istilah terhadap sesuatu. Pemberian nama atau istilah ini tidak didasari oleh hubungan sebab akibat. Pemberian nama atau istilah ini dilakukan secara makna suka oleh pengguna bahasa. Sikap makna suka atau sekehendak hati ini menjadi dasar berkembangnya bahasa.
Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Bagaimana kita menggunakan bahasa dalam komunikasi. Halliday mengungkapkan 7 fungsi bahasa:
a. Instrumental.
Bahasa digunakan sebagai alat untuk memperoleh kebutuhan fisik. Artinya, jika
fisik kita memerlukan sesuatu, kita akan mengutarakannya.
b. Regulatori.
Bahasa digunakan untuk mengontrol atau mengendalikan orang lain.
c.
Interaksional. Bahasa
digunakan untuk berhubungan atau bergaul dengan orang lain. Dalam hal ini
bahasa digunakan sebagai fungsi sosial.
d. Personal.
Bahsa digunakan untuk mengungkapkan diri, memperkenalkan diri, memberikan
identitas diri dengan ujaran – ujaran.
e. Heuristik.
Bahasa digunakan untuk mengungkapkan dunia di sekitarnya atau mengutarakan
pengalaman.
f. Imajinatif.
Bahasa digunakan untuk mencipta, dapat berupa ide kreatif atau berupa karya
sastra.
g.Informatif.
Bahasa digunakan untuk mengomunikasikan informasi baru, saling memberi
informasi, apakah berupa berita ataupun ilmu pengetahuan.
Dalam pemakaiannya, bahasa menjadi sangat beragam. Keragaman bahasa sangat bergantung pada kebutuhan dan tujuan komunikasi. Bahasa, baik lisan maupun tulisan adalah ekspresi atas apa yang dirasakan, dialami pemakainya. Seiring majunya peradaban manusia, termasuk di Indonesia, banyak cara yang dipilih pemakai bahasa dalam berkomunikasi. Bahkan pilihan cara komunikasi tidak hanya makin beragam tapi juga semakin canggih. Salah satu fenomena komunikasi yang paling pesat saat ini adalah penggunaan bahasa yang didukung oleh perangkat teknologi mutakhir, khususnya bahasa yang digunakan pada dunia maya dan jejaring sosial, seperti internet, facebook, twitter, whatsapp, chatting, email.
Bahasa Indonesia adalah bahasa pengantar yang berarti bahasa Indonesia digunakan sebagai media komunikasi antara penutur Bahasa Indonesia. Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasioanal salah satunya adalah sebagai lambang identitas nasional, dan sebagai alat pemersatu berbagai suku bangsa yang berlatar belakang sosial budaya dan bahasa yang berbeda. Bahasa Indonesia menghadapi tantangan yang berat seiring intervensi dan realitas penggunaan bahasa pada dunia maya atau jejaring sosial yang bertolak belakang dengan prinsip penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Segala sesuatu yang ada dalam media sosial akan menjadi konsumsi publik, tidak hanya masyarakat nasional melainkan masyarakat internasional. Penggunaan kaidah berbahasa Indonesia yang tidak baik atau bahkan cenderung kasar akan menjatuhkan esensi daripada bahasa Indonesia itu sendiri. Penggunaan bahasa Indonesia di media sosial seperti dalam soal telah menodai bahasa Indonesia itu sendiri terlebih karena bahasa Indonesia berasal dari budaya kita sendiri sebagai bangsa Indonesia. Media sosial merupakan tempat dan wadah bertemunya banyak orang dari berbagai wilayah yang memiliki perbedaan bahasa. Apabila bahasa Indonesia tersebut tidak digunakan secara baik maka bukan tidak mungkin bahasa tersebut menjadi alat pemecah persatuan yang menimbulkan konflik sosial.
Fungsi bahasa sebagai media personal atau alat untuk mengungkapkan diri dan memberikan identitas diri. Bayangkan apabila masyarakat internasional melihat tingkat laku serta tutur kata yang buruk dari masyarakat Indonesia dalam bersosial media, itu sama saja mempresentasikan jati diri bangsa Indonesia dimata dunia. Oknum yang melakukan penyalahgunakan kaidah bahasa Indonesia sesungguhnya menjadi musuh dalam selimut bagi negaranya sendiri.
Bahasa dunia maya makin menjadi-jadi. Apalagi ditambah warna bahasanya kaum alay, yang kadang agak lebay. Bahasa pada hakikatnya adalah bunyi. Bunyi-bunyi yang disusun secara teratur berdasarkan kesepakatan tersebut diberi makna sehingga dapat dipahami oleh pengguna. Bunyi – bunyi yang disusun tidak berdasarkan sistem tidak akan bermakna. Jika tidak bermakna, itu bukan bahasa dan makna akan muncul karena penggunaan sistem secara teratur. Penggunaan tata bahasa yang keluar dari kaidah bahasa Indonesia seperti penggunaan angka, tanda baca, bahasa alay dalam bahasa dunia maya secara tidak langsung merusak sistem bahasa Indonesia yang bersifat konvensional/ dibentuk berdasarkan kesepakatan para ahli bahasa. Bahasa alay serta penggunaan angka dalam kalimat akan menimbulkan salah arti, salah tafsir dan ketidaksamaan pemahaman antar pembacanya, sehingga menimbulkan multi makna hingga yang terparah menimbulkan konflik sosial dan hilangnya nyawa seseorang. Penggunaan tata bahasa tersebut sangat tidak efektif.
Tidak ada yang salah dalam bahasa dunia maya karena perkembangan zaman, budaya, dan lingkungan adalah faktor-faktor yang mempengaruhi pola berbahasa seseorang. Dunia maya dan jejaring sosial akan menjadi ancaman apabila penggunaannya yang mulai merambah pada aktivitas berbahasa formal, baik lisan maupun tulisan. Untuk itu perlu dikawal agar tidak merambah ke aktivitas tersebut. Namun, bahasa dunia maya dan jejaring sosial akan memberi peluang kepada Bahasa Indonesia untuk semakin menegaskan posisinya sebagai bahasa nasional dan bahasa persatuan. Setiap pemakai Bahasa Indonesia menjadi hati-hati terhadap perkembangan varian bahasa yang berkembang di masyarakat, di samping harus semakin peduli terhadap Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Setiap pemakai Bahasa Indonesia harus aktif dalam menggunakan Bahasa Indonesia dan tidak menjadikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa sarkasme terhadap generasi muda dan remaja. Karena bahasa adalah ungkapan kelembutan, bukan uajaran kebencian. Maka bijak dalam mengguanakan bahasa Indonesia di dunia maya menjadi kuncinya.
Bunyi Tiruan ( Onomatope )
1. Bunyi tiruan (onomatope) suara
hewan berbeda di setiap negara. Tiruan suara anjing di Indonesia
gonggongannya berbunyi "guk guk 'di Jepang" wang wang', dan juga di
Korea "mang mang."
Bahasa adalah susnan bunyi yang
memiliki sistem dan makna. Menurut saya penyebab perbedaan bunyi onomatope
tersebut adalah karena perbedaan bahasa yang berpengaruh pada sistem bunyi dari
bahasa tersebut. Perbedaan bunyi, bahasa, dan aksen yang kemudian menyebabkan
perbedaan onomatope antara satu negara dengan negara lain berbeda. Bahasa
merupakan lambang bunyi yang digunakan manusia dalam berinteraksi dan
berkomunikasi dengan manusia lainnya. Dalam bahasa percakapan sehari-hari
dikenal istilah "Onomatope" yang digunakan sebagai cara
mengekspresikan sesuatu yang berasal dari suara baik dari suatu benda atau
hewan. Sehingga menyebabkan Bunyi tiruan (onomatope) suara hewan berbeda di
setiap negara.
Menurut Grevisse (1980 : 133)
onomatope merupakan kata-kata tiruan dimana fonem-fonem direpresentasikan
dengan cara yang kurang lebih sesuai dengan bunyi aslinya,seperti bunyi yang
dihasilkan oleh bagian tubuh manusia (bruits du corps humain),teriakan binatang
(cris des animaux), bunyi alat musik (sons des instruments de musique),bunyi
mesin (bruits des machines), bunyi bunyi yang menyertai fenomena alam,
dansebagainya.
Dalam
kaitannya dengan sifat bahasa, bahasa itu produktif. Produktif berarti mampu
menghasilkan terus menerus dan akan dipakai secara teratur untuk membtentuk
unsur-unsur baru. Sifat produktif bahasa tidak hanya berlaku pada Bahasa
Indonesia saja, melainkan seluruh bahasa yang ada di dunia. Bahasa memiliki
unsur-unsur, salah duanya adalah fonem dan morferm. Munculnya keanekaragaman
onomatope merupakan akibat dari perbedaan daya tangkap atau keterdengaran dari
masyarakat yang tinggal di negara yang berbeda. Perbedaan daya tangkap tersebut
sangat dipengaruhi oleh perbedaan bunyi fonem (satuan terkecil bunyi) yang
terdapat dalam berbagai bahasa, karena pada dasarnya, setiap bahasa memiliki
aturan pengucapan fonem sendiri-sendiri
yang bersifat konvensional sehingga tiruan bunyi yang dihasilkanpun
berbeda walau sumber suara yang dihasilkan sama.
Hakikat
bahasa yang memiliki sistem dan makna pada setiap bahasa di berbagai negara
menyebabkan sifat bahasa dari masing-masing negara berbeda. Masing-masing
negara memiliki bahasa dengan unsur-unsur keindahannya masing-masing.
Keberadaan manusia di berbagai negara tersebut menyebabkan bahasa dapat
berkembang. Manusia dapat mengubah-ubah susunan bunyi bahasa tersebut menjadi
bunyi bahasa yang berbeda-beda dan membuat bahasa menjadi produktif. Perbedaan
karakter manusia di setiap negara menyebabkan orang menggunakan bahasa secara
berbeda pula. Perbedaan bahasa yang terjadi timbul karena kesepakatan yang ada
di suatu negara itu berbeda. Ada negara yang menciptakan sendiri bahasa
nasionalnya, ada yang berasal dari serapan bahasa asing sehingga menciptakan
variasi unsur bahasa.
Perbedaan bunyi onomatope tersebut dapat juga disebabkan karena sifat dari bahasa yaitu arbitrer. Arbitrer bermakna sewenang-wenang atau makna suka. Artinya, tidak ada kaitan antara bunyi dengan benda-benda yang dibahasai atau antara lambang bunyi dengan yang dilambangkan. Berarti tidak ada kaitan antara hewan dengan bunyi suara hewan yang ditirukan tersebut. Penyebutan itu tidak didasari oleh suatu apapun. Penyebutan itu hanya berdasarkan kesepakatan bersama diantara masyarakat suatu negara yang disesuaikan dengan bahasa nasional dan aksennya sehingga menimbulkan suara hewan yang berbeda di setiap negara.
Daftar Pustaka
Mulyati, Yeti, dkk. 2019. Bahasa Indonesia. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka
Kompasiana. 2019.Bahasa Indonesia di Dunia Maya; Ancaman atau
Peluang?. https://www.kompasiana.com/syarif1970/551b006b8133117e089de3a0/bahasa-indonesia-di-dunia-maya-ancaman-atau-peluang
(diakses pada 6 April 2020 pukul 17.22)
ProfAntelopePerson2698.2017.2 Bunyi Tiruan Onomatope Suara
Hewan Berbeda di Setiap Negara. https://www.coursehero.com/file/p1e85svl/2-Bunyi-tiruan-onomatope-suara-hewan-berbeda-di-setiap-negara-Tiruan-suara/
(diakses pada 6 April 2020 pukul 17.49)
Komentar